Namanya pegangan untuk ksatria tetapi jangan dikira bahwa pegangan tersebut adalah ilmu kanuragan untuk berkelahi atau berperang. Bukan “raga” dalam triprakara ini, melainkan “rohani” yaitu Ikhlas, sabar dan berserah diri pada Allah Yang Maha Agung. Masih terkait dengan “Ilmu” yang disebutkan dalam Pupuh Pucung bait pertama: “Ngelmu iku; Kelakone kanti laku .........” maupun lanjutannya pada bait ke dua:“Angkara gung; Ning angga anggung gumulung ..... " yang telah saya tulis dalam Dur Angkara.
Adapun mengenai Tri Prakara kita lihat Serat Wedhatama anggitan Sri Mangkunegara IV dalam pupuh Pucung bait ke 10 dan 11 sebagai berikut:
Terjemahannya: Mengenai ilmu; Kesepakatan dan pendapatnya adalah; Dapat diperoleh dengan upaya keras(Tapa); Bagi ksatria tanah Jawa; Dahulu yang dijadikan pegangan adalah tiga hal (triprakara)
Penjelasan mengenai “triprakara” dengan kata kunci “Lila, Trima dan Legawa” dapat dibaca pada bait berikutnya, yaitu bait ke 11 dengan terjemahan sebagai berikut:
(pertama) Ikhlas (LILA); bila kehilangan tidak menyesal; (kedua) Menerima, sabar; Bila disakiti sesama manusia (TRIMA); Ketiga, lapang dada dan berserah diri pada Tuhan (LEGAWA)
Jadi TRI PRAKARA adalah “laku” untuk memperoleh “ilmu”. Bila saya terjemahkan lebih bebas, maka “Laku Triprakara tersebut adalah:
- Kehilangan sesuatu tidak membuat kita sedih
- Bila disakiti oleh sesama manusia, kita sabar, menerima dengan lapang dada
- Kita harus selalu berserah diri kepada Allah. Semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah dan hanya allah satu-satunya penolong.
Di dunia yang serba “keras” seperti sekarang ini, rasanya amat sulit melaksanakan “Triprakara” tersebut. Baru kehilangan barang kecil teriak kita bisa kedengaran dimana-mana. Baru merasa disakiti, kita sudah melakukan tindakan yang lebih keras. Tentang berserah diri kepada Tuhan, hanya diri masing-masing yang tahu.
No comments:
Post a Comment